TIDAK TERPURUK DALAM RASA MALU DAN BERSALAH


-         Arti kata MALU : Merasa sangat tidak enak hati karena : 1 – berbuat sesuatu yang kurang baik – kurang benar – berbeda dengan biasanya – Mempunyai cacat atau kekurangan. 2 – Tidak mau melakukan sesuatu karena rasa segan, agak takut, dsb. 3 – Kurang senang karena merasa rendah, hina.  
-         Apa yang membuat kamu merasa malu: Mempunyai cacat atau kekurangan fisik. Merasa rendah diri,

Pernahkah kamu malu karena kata-kata jorok yang keluar dari mulutmu? Atau saat ketahuan mencontek? Juga pernahkah kamu merasa malu karena tidak mau membantu orang-tua bekerja di rumah?
Atau,… ternyata sangat jarang dari kita yang merasa malu karena pelanggaran-pelanggaran yang kita lakukan.
Jangan lagi malu karena pakaian yang sederhana, kendaraan yang tua, atau rumah kita yang apa adanya. Selama kamu mau melakukan firman Tuhan, tidak ada yang memalukan dari diri kita. Yang malu-maluin adalah pada saat kita hidup dalam ketidak benaran.

Bacaan   : Lukas 15:11-24
Nats       : Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa (
Lukas 15:18)
RASA MALU
Bagi orang Jepang, rasa malu atas kesalahan dan kegagalan yang mereka alami bisa tampak sebagai masalah yang begitu besar. Oleh karena itu, demi menghapus rasa malu semacam ini, mereka berani melakukan tindakan harakiri (bunuh diri).
Dalam setiap hidup kita, rasa malu dan sesal pasti akan muncul saat kita menyadari telah salah melangkah atau mengalami kegagalan.
Perumpamaan tentang anak hilang yang diberikan oleh Tuhan Yesus memberi kekuatan dan keberanian kepada kita.
Setelah si anak hilang menyadari kesalahannya, ia sungguh merasa malu dan menyesal. Malu pada orang-orang yang mengenalnya, malu pada masyarakatnya, terutama malu pada keluarganya, khususnya pada sang ayah yang pernah ia sakiti.

Rasa malu yang begitu menguasai bisa saja membuatnya putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Namun, apakah yang dapat kita pelajari dalam perumpamaan ini? Si anak hilang tidak berhenti pada rasa malu dan sesal saja. Ia mempunyai keberanian untuk mengakui segala dosanya. Ia berani melawan rasa malunya dengan pulang dan menghadapi bapanya. Dengan segala risikonya. Ia pulang dengan hati yang siap menerima konsekuensi atas kesalahannya, bahkan jika ia harus kehilangan status sebagai anak.
Terkadang rasa malu atas kesalahan kita tak tertahankan. Namun, kita memiliki Bapa surgawi yang penuh kasih dan mau mengampuni. Mari kita beranikan diri untuk datang kepada-Nya dengan pertobatan, Dia siap menerima kita kembali dan memulihkan kita dari keterpurukan --

BERHENTILAH MENYESALI DIRI
ATAU ANDA AKAN KEHILANGAN HIDUP ANDA -- Jonathan Larson

Komentar