Donald
Kraybill menulis sebuah buku yang berjudul "Kerajaan yang Sungsang". Dalam
Bukunya ia hendak menyatakan betapa tata nilai yang diterapkan Yesus kerap kali
berkebalikan dengan tata nilai yang dianggap wajar oleh dunia. Contohnya: orang
Farisi yang taat beragama disalahkan, pemungut cukai yang menindas rakyat
dibenarkan.
Orang
Farisi membayar perpuluhan dengan tak bercacat. Mereka tidak merampok, tidak
berzinah. Bahkan, mereka berpuasa. Namun, Yesus mengkritik mereka karena mereka
merasa sudah tidak butuh belas kasihan Allah. Ketepatan mereka dalam
melaksanakan hukum memberi rasa puas begitu rupa sehingga belas kasih Allah tak
lagi dianggap penting.
Mereka
merasa sudah beres ketika telah mematuhi semua peraturan dan ketetapan. Ada
rasa bangga, lengkap, dan puas. Ini yang membedakan orang Farisi dengan si
pemungut cukai yang sangat sadar bahwa ia berdosa dan membutuhkan rahmat Tuhan.
Orang Farisi bangga dengan
kesuciannya, sedangkan pemungut cukai sadar akan dosanya.
Tuhan
Yesus menunjukkan bahwa orang yang menyadari dosanya dan bertobat akan
dibenarkan, sedangkan orang yang puas dengan
kesalehannya tidak.
Sangat
baik jika kita melakukan perintah-perintah-Nya. Sangat menyenangkan bagi Tuhan
jika kita tidak melanggar peraturan-Nya. Karena Itulah kehendak Tuhan. Namun,
apabila kita telah mencapai hal-hal itu, jangan sampai kita kemudian
"merasa saleh" hingga tidak memerlukan belas kasih Allah lagi.
Sejujurnya…
dan sesungguhnya, kita sedang dan terus bergumul dengan banyak kelemahan dan
kesalahan dalam diri kita sendiri. Oleh sebab itu kita tak pernah dapat hidup tanpa
belas kasihan Tuhan. –
Komentar
Posting Komentar